20 tahun yang lalu.......
ketika saya dan kekasih hati, memutuskan untuk bersatu dalam ikatan yang bernama perkawinan, saya masih berstatus mahasiswi yang baru selesai teori. Dan kekasih baru lulus dari kuliah program D3. Nikah Siri yang kami lakukan. Dihadapan seorang Bapak Kyai Mashuri, seorang kyai juga seorang pengusaha pemilik SuperMarket "PAMELA" di Yogyakarta dan beberapa orang saksi dari pihak beliau kami melaksanakan "Ijab Qobul'. Bertempat di rumah beliau yang berada di bagian belakang supernarket Pemela.
.Alkhamdulillah acara ba'da Maghrib itu berjalan lancar. Rampung acara kami langsung pulang sendiri-sendiri. Saya pulang ke Asrama Putri Ratnaningsih UGM, kekasih hati yang sudah sah secara agama sejak malam itu menjadi suami pulang ke tempat kosnya yang saat itu memang 'kos' tidak jauh dari asrama saya.
Tidak ada yang tahu pernikahan kami. Hanya orang tua saya yang tahu, karena memang sudah meminta 'restu' dari ayah ibu. Tapi dari pihak suami..memang belum ada yang mengetahui. Kenapa saya dan suami berani memutuskan 'nikah siri? Entahlah Saat itu yang terbayang di hati kami hanyalah menginginkan bahwa hubungan kami sah, di mata Allah, menggapai ridho dari_NYA. Kami tidak ingin terus-terusan menjalani 'hubungan tanpa status' yang malah meresahkan hati. Yang membuat saya tenang hanya karena suami sudah terikat status kerjanya sebagai 'cpns' . Artinya suami sudah memiliki pekerjaan alias penghasilan sendiri, tidak menggantungkan hidup kepada orangtua. Ini satu hal yang paling saya cita-citakan, bahwa jika saya suatu saat harus memiliki seorang lelaki /suami adalah lelaki yang sudah tidah bergantung hidupnya kepada orang tua.
Setelah 'hari itu' saya tetap beraktivitas seperti biasa. mahasiswi tahun ketiga yang tak lama kemudian harus mengambil 'KKN' Kuliah Kerja Nyata. Hubungan dengan suami berjalan baik-baik, meski bagaimana pun harus tetap 'sembunyi' dari teman-teman kuliah dan teman asrama. aya menjaga rahasia, karena apabilam ketahuan ketua asrama saya khawatir harus keluar dari sana. Padahal saya cukup diuntungkan, biaya hidup di asrama lebih 'murah' dibanding biaya sewa kamar di tempat kos2an. Karena ada bantuan dari Universitas.
KKN di Daerah Dlingo, IMOGIRI, YOGYAKARTA
semester ke 7 saya ambil KKN, ditempatkan di daerah Dlingo imogiri yogyakarta. Bersama teman dari berbagai fakultas hari itu saya berangkat ber'rombongan' kesana. Kemudian langsung malam itu juga saya bermalam di daerah KKN. Dari jalan raya masih melewati jalan terjal berbatu, kami terpaksa jalan kaki. Pake motor memang bisa, tapi bukan hal yang mudah