Sabtu, 12 Juni 2010

Hidup Begitu Indah

HIDUP BEGITU INDAH

Catatan Renungan Keseharian
Seorang Bunda

Anita Ba’daturrohman

Pengantar

Alhamdulillah. Allah memang Maha kasih. Setiap pagi, kala hari baru dilahirkan oleh Sang Pencipta, maka ia akan berseru pada seluruh penghuni langit dan bumi : “ Aku adalah hari yang baru, tempat engkau berlomba mengambil manfaat dariku guna bekal di hari akhir. Ambillah sebesar-besarnya manfaat dari kehadiranku, karena sesungguhnya aku tak akan pernah kembali.” Karenanya kala membuka mata di subuh yang senyap setelah menitipkan jiwa sejenak pada pemilik-Nya, bersyukurlah bahwa kita masih memiliki kesempatan untuk merenda harapan.


“Harapan, cita-cita dan keinginan tidak akan terwujud tanpa diawali dengan perbuatan”. Sepenggal kalimat tersebut telah memacu keinginan saya untuk menulis sebuah buku,. Diawali rasa iri (mudah-mudahan ini ‘iri’ yang diperbolehkan) yang melanda hati melihat perempuan-perempuan lain mampu berkarya dan produktif dibidangnya masing-masing. Sayapun terpacu dan terobsesi untuk bisa seperti mereka.

Benar saya seorang ibu rumahtangga, tapi saya bercita-cita menjadi ibu harapan bagi semua. Menjadi ibu harapan anak-anak, harapan suami, harapan umat, dan harapan Allah. Benar-benar menjadi ibu yang diidamkan. Namun semua ini masih membutuhkan kegigihan dan proses yang lebih banyak lagi. Saya harus berjuang memperbaiki diri dengan lebih bersungguh-sungguh untuk layak meraih harapan tersebut..

Hampir 20 tahun saya menikah. Kemudian menjadi ibu. Dan saya tetap menjadi perempuan. Di luar negeri, ketika anak-anak besar, para ibunya bisa menjadi penulis buku. Kenapa saya tidak? Saya pun harus bisa dan pasti bisa. Merenda harapan, betapapun kecilnya adalah ‘oase’ yang mampu melahirkan kekuatan untuk tidak menyerah pada keputus-asaan dan kesia-siaan. Buku ini merekam perjalanan saya sebagai perempuan, sebagai istri dan ibu dari tiga orang anak. Pengalaman, peneropongan, dialog hati, obrolan-obrolan ringan bersama perempuan-perempuan lain. Tentang kekecewaan, kemarahan, kesedihan, ketegaran, kekuatan atau bahkan keputus-asaan mereka dalam menjalani hidup. Seperti kata sahabat saya (Jazimah Al-Muhyi) bahwa menjadi penulis bukan hanya sebagai perangkai kata, tapi pemberi saksi kehidupan yang diresapi.

“HIDUP BEGITU INDAH”.merupakan.hasil perenungan keseharian saya sebagai ibu rumahtangga dalam menyikapi bertabur peristiwa disekitar saya. Ibu adalah sosok perempuan lembut, penuh kasih, penuh maaf, penuh perlindungan dan rela mengobankan apa saja termasuk nyawa. Sosok ibu adalah sosok yang agung dan mulia.
“HIDUP BEGITU INDAH’ apabila kaum wanita menghormati, menghargai dirinya sendiri. Tidak benar jika ada anggapan bahwa aturan Islam membatasi dan mengekang wanita. Kehadiran Islam justru merupakan pembelaan terhadap kaum wanita. Allah begitu menyayangi wanita.
“HIDUP BEGITU INDAH’ jika hak anak tumbuh kembang kita penuhi dengan sebaik-baiknya. “HIDUP BEGITU INDAH” jika ada hubungan timbal balik yang baik antara pasangan suami istri, saling bersinergi, saling mendukung, saling menerima dan memberi serta saling melengkapi kekurangan masing-masing dengan cinta.
:HIDUP BEGITU INDAH” apabila setiap orang menjadikan pengalaman hidup yang menimpa siapa saja, seperti intan dan mutiara , semakin digosok semakin indah dan cemerlang, sehingga bisa mencerahkan hidupnya..

Catatan –catatan yang ada di buku ini ,diharapkan bisa membawa pembaca pada kesiapan yang lebih baik,.pada saat kita mendapat pengalaman yang serupa. Bukankan ujian itu Allah pergilirkan pada hamba-hamba-Nya?

Boleh jadi hidup kita penuh ujian, karena hidup itu hakikatnya adalah Ujian, namun sepanjang hati kita tidak terbebani kita bisa bahagia. Ya, HIDUP BEGITU INDAH apabila kita mampu bersikap lebih baik dari waktu ke waktu. Ketika kita mampu berbuat yang terbaik untuk mengatasi masalah, mampu mensyukuri karunia Ilahi dan mampu mengarifi kehidupan yang kita jalani.


Ya, Hidup Begitu Indah…Sepanjang hati kita bahagia…

0 komentar:

Posting Komentar